Senin, 22 Januari 2018

Arti Pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah


GSL adalah team yang terdiri dari para Surveyor, Drafman, dan Engeneering.
Kami mengajak rekan seprofesi untuk belajar bersama.
Khususnya bagi para pemula muda kami Memberi kesempatan belajar sambil bekerja.
Dapatkan PDF dan Program gratis 100% dari Master GSL.


SURVEYOR IS SURVIVOR

TOTAL STATION GPS GNSS


Blog belajar Indonesia Damai.
"Tulisan ini ditujukan untuk para pemula yang akan terjun ke dunia GEOSURVEY, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi siapapun yang ingin menambah beban dikepala %x$#&??.. Atau apabila anda ingin menambahkan sesuatu untuk menyempurnakan Tulisan ini, maka dengan senang hati kami tunggu demi tercapainya tujuan blog belajar Indonesia Damai"









PAHAM



Ilmu ukur tanah / plan surveying adalah bagian dari ilmu geodesi (geodetic surveying) yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi bahkan di bawah tanah untuk berbagai keperluan .
Hasil Survey harus menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar.
Dimana batasan wilayahnya relatif berkisar antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km  x 55 km dianggap dianggap datar

Liputan ilmu ukur tanah

Yang diukur adalah 
  • Besaran-besaran : arah, sudut, jarak serta ketinggian.
  • Menentukan posisi atau letak titik pada permukaan bumi. 
  • Menentukan stake out posisi perletakan titik kerja .
  • Mensupport pekerjaan dengan menggambarkan keadaan fisik permukaan bumi / menyerupai keadaan sebenarnya dilapangan. 
  • Mensupport pekerjaan fisik pelaksanaan dilapangan.
Artinya untuk mendapatkan gambaran permukaan bumi dimaksud diatas, diperlukan pengukuran geodesi yaitu Pemetaan, dengan kerangka dasar horizontal maupun vertikal dengan sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya.

Yang dimaksud kerangka disini adalah Titik Kontrol
  • Kerangka Kontrol Horizontal (KKH). 
  • Kerangka Kontrol Vertikal (KKV).
Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Terestrial dan Ektra Terestrial.
  • Pemetaan Terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang berpangkal di tanah.
  • Pemetaan Ekstra Terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut Wongsotjitro, (1980)

Pemetaan Terestris

Yaitu pemetaan permukaan bumi yang digambarkan meliputi unsur-unsur alam dan unsur buatan manusia.
  • Unsur alam misalnya : sungai, gunung, danau, dan lain-lainnya,
  • Unsur buatan manusia misalnya : bangunan, jalan, saluran irigasi, batas tanah dll.
Didalam pemetaan, titik-titik ukur dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
  • Titik-titik Kerangka Dasar
    Sejumlah titik yang dibuat dan dipasang di lapangan dengan tanda patok kayu atau patok beton yang berfungsi sebagai titik pengikat pengukuran titik detil, serta pengontrol pengukuran titik lainnya.
    "Fungsi kerangka = Titik ikat / Titik kontrol"
  • Kelompok titik Detil.
    Titik-titik detil adalah sejumlah titik yang ada di lapangan seperti titik-titik pojok bangunan, batas, jalan, sungai, tihang listrik, situasi umum, dan titik lainnya yang menggambarkan semua permukaan konsep bentuk tanah.
    "Detail = Menggambarkan konsep situasi"

Kerangka Kontrol Horizontal.

Disini kita berbicara tentang Kerangka Dasar / yang dimaksud adalah Kerangka Kontrol Horisontal , sebenarnya banyak sekali cara-cara yang dapat dilakukan untuk membuat Kerangka Kontrol Horizontal.
Dengan Teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan dengan cara:
Triangulasi, 
Trilaterasi :
Atau Poligon.

Pemilihan cara diatas dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki

Tetapi sementara disini hanya akan dibahas metode sederhana yaitu dengan cara menggunakan pengukuran polygon. Karena cara ini paling mudah dan umum dilakukan di dunia pengukuran.

Titik-titik koordinat yang di pakai sebagai control horizontal tersebut di anjurkan dalam system koordinat nasional dengan system proyeksi yang di gunakan adalah UTM (Universal Transverse Mecator)
Dengan pertimbangan bahwa pengukuran topografi bidang jalan bersifat memanjang. Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan dengan metode polygon terbuka, terikat sempurna atau dengan polygon tertutup..


Poligon.

KKH merupakan kerangka dasar pemetaan yang memperlihatkan hubungan  posisi koordinat horisontal (X,Y) antara satu titik dengan titik yang lain.

Untuk posisi horisontal antara banyak titik, dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik berupa Polygon (Poly= banyak Gone= sudut  Poligon= Banyak Utang)..
 
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal dari banyak titik, yang mana titik satu dihubungkan dengan titik lainnya sehingga membentuk satu rangkaian.
Kerangka ini tidak boleh lepas dari titik kontol BM maupun CP (lihat BAB dibawah ini).

TITIK DETAIL TERIKAT POLIGON , TITIK POLIGON TERIKAT BM , TITIK BM TERIKAT KOORDINAT GLOBAL ATAU AZIMUTH MATAHARI.

.


Pada Kerangka Kontrol Horisontal dengan metode Poligon, akan mempermudah untuk menentukan posisi koordinat titik lainnya.
  • Dengan Poligon kita dapat menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dengan cara diukur dari titik titik polygon.
  • Dengan Poligon juga kita dapat menentukan posisi titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan cara di Stake out dari titik titik polygon.
fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan ( reference ) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran selanjutnya.

BM dan CP.

Sebelum dilakukan pengukuran, sebaiknya dilakukan pemasangan Patok sarana yang menyimpan informasi koordinat.  patok ini biasanya berupa Bench Mark (BM) dan Concrete Point (CP)  kalau mungkin bisa ditambahkan patok referensi pemgukuran (kayu).

 - Untuk CP saya menyebutnya dengan  Control Point  (?).


Benchmark adalah titik yang telah mempunyai koordinat fixed, dan direpresentasikan dalam bentuk monumen/patok beton di lapangan.
Benchmark memiliki fungsi penting pada kegiatan survey, yaitu sebagai titik kontrol yang mereferensikan posisi obyek pada suatu sistem koordinat global.
Dalam melakukan pengukuran benchmark, menggunakan metode penentuan posisi dengan teknologi setingkat Geodetik.

Selain metode pengukuran yang tepat, desain persebaran titik-titiknya juga di perhatikan, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil survey secara keseluruhan..

Sepandai - pandainya anda mengukur sebaiknya pasang Benchmark untuk kontrol points.
Sepandai - pandainya anda berenang sebaiknya gunakan perahu untuk mengarungi lautan.

Benchmark mempunyai klasifikasi ketepatan yang di namakan orde.
Orde merupakan atribut yang menunjukkan ketelitian eksternal (external accuracy) jaring sebagai fungsi kelas jaring, kedekatan (kesesuaian) data ukuran terhadap jaring kontrol yang digunakan untuk ikatan dan ketelitian proses transformasi datum Keterangan:
Orde ini terbagi menjadi orde 0, orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4

Gambar di bawah ini bukan kuburan, tapi BM....

Bench mark (BM) untuk trace atau jalan di pasang sepanjang ruas jalan yang di ukur pada setiap interval jarak ± 1 KM.

Menurut saya BM dipasang rata2 per 3 Km atau max. 5 Km untuk pengukuran trace yang panjang.
Atau setidaknya di setiap ujung untuk pengukuran trace yang pendek

Setiap pemasangan BM harus disertai pemasangan patok CP. sebagai pasangan untuk mendapatkan azimuth pada pekerjaan stake_out tahap pelaksanaan.
BM dan PC Sebenarnya sama atau dengan kata lain dua buah BM dengan akurasi tinggi yang penamaannya di bedakan menjadi BM dan CP dilihat dari fungsi prioritas nya.

Untuk pengukuran memanjang seperti SUTET , Sungai dan sejenisnya prinsip pengukuran Kerangka Horizontal ini sama saja.

Pada pengukuran detail trace pemasangan patok kayu di lakukan di setiap interval 50 m pada jalur  yang lurus dan datar serta setiap 25 m pada jalur yang berbelok / perbukitan pada satu sisi jalan yang sama.

Pada daerah tertentu yang tidak bisa di pasang patok kayu bisa diganti dengan pemasangan paku payung atau marking dengan di tandai cat sekitarnya dan di beri nomor sesuai urutannya untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitarnya di beritanda khusus.








Kerangka Kontrol Vertical (KKV)

Pengukuran kerangka control vertical dilakukan dengan metode sipat datar disepanjang trase jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi pulang secara kring pada setiap seksi.
(Kring artinya pengukuran dari titik A pergi dan pulang lagi sampai membidik titik A lagi)

Panjang seksi ± 1 – 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian ≤  10 mm √D, dimana D adalah jumlah jarak dalam km.

Elevasi titik referensi yang di gunakan sebagai elevasi awal harus di hitung dari tinggi MSL (Mean Sea Level = tinggi muka air laut rata rata).

  • Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sipat datar dengan deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitianya ≤ 5 mm
  • pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang atas, benang bawah, benang tengah.untuk control bacaan.
  • rambu ukur harus dilengkapi nivo untuk pengecekan vertical rambu.




INDONESIA DAMAI
GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.GSL.

KLIK HOME